-->

Iklan

Miliarder Indonesia Pecah Rekor: Kekayaan Rp 4.980 Triliun Kalahkan APBN, Tanda Kemakmuran atau Ancaman Ketimpangan?

, Desember 14, 2025 WIB Last Updated 2025-12-14T11:41:05Z
Sulut1news.com, Jakarta, 14 Desember 2025– Di saat ekonomi global masih bergulat dengan inflasi tinggi, ketidakpastian geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan, para taipan Indonesia justru mencatatkan prestasi yang luar biasa. Kekayaan kolektif 50 orang terkaya di Tanah Air mencapai rekor baru US$ 306 miliar atau setara Rp 4.980 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.600 per dolar AS), menurut daftar Forbes Orang Terkaya di Indonesia 2025 yang telah  dirilis pada Sabtu, (13/12/2025).

Angka ini bukan hanya lonjakan tajam dari US$ 263 miliar pada tahun sebelumnya—naik 16%—tetapi juga melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 yang dikelola Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yakni hanya Rp 3.842 triliun. Perbandingan ini menimbulkan pertanyaan mendalam: Apakah rekor ini mencerminkan ketangguhan ekonomi Indonesia, atau justru menyoroti jurang ketimpangan yang semakin lebar di tengah adanya tantangan hidup bagi masyarakat biasa?

Kenaikan kekayaan kolektif ini didorong oleh performa gemilang pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 17% sepanjang tahun, didukung oleh pemulihan sektor komoditas, ekspansi teknologi, dan kebijakan pemerintah yang pro-investasi. Namun, di balik angka-angka yang megah ini, terdapat dinamika menarik: Pergeseran kekuasaan di puncak daftar, dengan sektor teknologi mulai menantang dominasi tradisional dari petrokimia, batubara, dan perbankan.

R. Budi Hartono dan Michael Hartono, duo bersaudara pemilik Bank Central Asia (BCA) dan Djarum Group, berhasil mempertahankan posisi teratas untuk ke-11 kalinya secara berturut-turut. Meski demikian, kekayaan bersih gabungan mereka turun US$ 6,5 miliar menjadi US$ 43,8 miliar (Rp 727,08 triliun), akibat fluktuasi di sektor perbankan dan rokok di tengah regulasi ketat anti-tembakau global.

Di posisi kedua, diduduki miliarder petrokimia Prajogo Pangestu semakin mengukuhkan diri sebagai raksasa energi. Kekayaannya naik 23% menjadi US$ 39,8 miliar (Rp 660,68 triliun), berkat ekspansi bisnisnya di sektor energi terbarukan dan petrokimia, yang selaras dengan transisi hijau global.

Keluarga Widjaja, pemilik Sinar Mas Group, mencuri perhatian dengan lompatan dramatis ke peringkat ketiga. Kekayaan mereka membengkak US$ 9,4 miliar menjadi US$ 28,3 miliar (Rp 469,78 triliun), didukung oleh kinerja kuat di agribisnis, kertas, dan properti—sektor yang mendapat angin segar dari pemulihan pasca-pandemi.

Sementara itu, taipan batubara Low Tuck Kwong harus rela tergeser ke posisi keempat. Kekayaannya menyusut US$ 2,1 miliar menjadi US$ 24,9 miliar (Rp 413,34 triliun), terdampak penurunan 16% saham Bayan Resources akibat anjloknya harga batu bara global di tengah tekanan transisi energi bersih.

Yang paling menarik adalah masuknya wajah-wajah baru dari sektor teknologi ke daftar 10 besar, menandakan pergeseran lanskap ekonomi Indonesia menuju era digital. Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman, pendiri DCI Indonesia—perusahaan pusat data terkemuka—berhasil menembus peringkat keenam dan kedelapan. Sugiri mencatatkan kekayaan US$ 11,3 miliar (Rp 187,58 triliun), sementara Budiman US$ 8,2 miliar (Rp 136,12 triliun). Lonjakan ini dipicu oleh boom permintaan data center di Asia Tenggara, didorong oleh ekspansi AI, cloud computing, dan e-commerce.

Pergeseran ini bukan sebuah kebetulan. Seperti yang dicatat Forbes, Indonesia sedang menjadi pusat pertumbuhan teknologi di ASEAN, dengan investasi asing mengalir cukup deras ke startup dan infrastruktur digital. Namun, para ahli ekonomi memperingatkan bahwa kekayaan super ini harus dikelola dengan bijak untuk dapat mengurangi ketimpangan. 

"Rekor ini bagus untuk pasar modal, tapi kita perlu pastikan manfaatnya merata, seperti melalui pajak progresif dan program CSR yang lebih masif," kata ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, dalam komentarnya terkait daftar ini.

Inilah Daftar lengkap 10 Orang Terkaya di Indonesia 2025 menurut Forbes adalah sebagai berikut:

1. R. Budi Hartono & Michael Hartono: US$ 43,8 miliar (Rp 727,08 triliun) – Perbankan dan Rokok  
2. Prajogo Pangestu: US$ 39,8 miliar (Rp 660,68 triliun) – Petrokimia dan Energi  
3. Keluarga Widjaja: US$ 28,3 miliar (Rp 469,78 triliun) – Agribisnis dan Properti  
4. Low Tuck Kwong: US$ 24,9 miliar (Rp 413,34 triliun) – Batubara  
5. Anthoni Salim dan Keluarga: US$ 13,6 miliar (Rp 225,76 triliun) – Makanan dan Ritel  
6. Otto Toto Sugiri: US$ 11,3 miliar (Rp 187,58 triliun) – Teknologi (Data Center)  
7. Tahir dan Keluarga: US$ 9,8 miliar (Rp 162,68 triliun) – Kesehatan dan Properti  
8. Marina Budiman: US$ 8,2 miliar (Rp 136,12 triliun) – Teknologi (Data Center)  
9. Wijono & Hermanto Tanoko & Keluarga: US$ 8,1 miliar (Rp 134,46 triliun) – Cat dan Properti  
10. Sri Prakash Lohia: US$ 8 miliar (Rp 132,8 triliun) – Tekstil dan Petrokimia  

Daftar ini tidak hanya mencerminkan ketangguhan bisnis Indonesia di tengah badai global, tetapi juga menggarisbawahi urgensi reformasi untuk memastikan pertumbuhan inklusif. Forbes menekankan bahwa meski kekayaan kolektif mencapai rekor, tantangan seperti inflasi pangan dan pengangguran pemuda tetap menjadi prioritas nasional.
(EL)
Komentar

Tampilkan

Terkini