Sulut1news.com, Manado – Suasana Kamis pagi (4 November 2025) mendadak menjadi tegang ketika Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Victor Mailangkay, turun langsung melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah titik Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG). Program yang diharapkan dapat menjadi penopang gizi ribuan masyarakat, terutama anak-anak, ternyata menyimpan banyak persoalan tersembunyi di balik laporan administrasi yang mungkin tampak rapi.
Dengan langkah cepat dan didampingi pejabat terkait, Wagub Mailangkay menyusuri satu per satu titik dapur MBG yang seharusnya sudah dalam tahap operasional. Namun pemandangan yang ditemukannya jauh dari ekspektasi: di beberapa lokasi, aktivitas dapur sama sekali tidak terlihat, meja-meja kosong, peralatan belum lengkap, dan sebagian besar perlengkapan masih tergeletak tanpa tata letak yang sesuai standar maupun juknis provinsi. Seolah-olah dapur itu baru saja dibangun kemarin – atau lebih buruk, tidak pernah benar-benar disiapkan.
Pemandangan paling mengejutkan terjadi di salah satu dapur MBG yang berada di Kecamatan Wenang. Gerbang bangunan tertutup rapat, pintu depan terkunci tanpa tanda-tanda kehidupan. Tidak ada pemilik, penanggung jawab, atau petugas yang seharusnya standby. Hanya terlihat bangunan "tabiar" kusam, tak terurus, dan menyimpan tanda-tanda sudah lama tidak ditempati.
Wagub Mailangkay yang dikenal tegas ini tampak tidak menyembunyikan kekecewaannya. Ia berulang kali mempertanyakan komitmen para penanggung jawab lapangan dalam menjalankan program prioritas pemprov. "Ini belum lengkap sampai berapa lama?" tanyanya dengan nada kekesalan dan kekhawatiran.
Wagub Mailangkay menegaskan bahwa kesiapan dapur MBG bukan hal yang dapat diabaikan, terlebih program ini bertujuan memastikan masyarakat mendapatkan pangan bergizi secara rutin. "Kami tidak mau ada lagi lokasi dapur MBG yang mangkrak atau sekadar dipoles di atas kertas," katanya. Mailangkay juga memberi sinyal evaluasi lanjutan: "Kami akan mengecek kembali, tiga minggu depan."
PERINGATAN
Program MBG dirancang untuk dapat menjawab kebutuhan gizi masyarakat yang rentan, terutama anak-anak yang berisiko kekurangan gizi. Keterlambatan atau ketidaksesuaian pelaksanaan di lapangan tidak hanya membuang anggaran negara, tetapi juga menimbulkan risiko bagi kesejahteraan dan pertumbuhan generasi mendatang. Para penanggung jawab lapangan diharapkan untuk segera melakukan perbaikan, sedangkan masyarakat disarankan untuk melaporkan jika menemukan dapur MBG yang tidak beroperasi sesuai standar ke instansi terkait.
ELVIS