Sulut1news.com, Teheran, 22 Juni 2025 — Ketegangan internasional atas program nuklir Iran terus memburuk, menyusul gagalnya pertemuan antara Iran dan kelompok negara-negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman (E3)—di Jenewa, Swiss, pada 20 Juni 2025.
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menghidupkan kembali diplomasi nuklir yang macet, tetapi tidak menghasilkan kemajuan berarti. Seorang pejabat senior Iran menyebut usulan Eropa "tidak realistis" dan memperingatkan bahwa pendekatan seperti itu tidak akan membawa pihak-pihak lebih dekat ke kesepakatan.
“Diskusi dan usulan yang diajukan pihak Eropa di Jenewa tidak realistis. Jika mereka bersikeras, hal itu justru menjauhkan kita dari solusi,” ujar pejabat tersebut kepada Reuters, dengan syarat anonim.
Meski demikian, Iran tetap berjanji untuk meninjau proposal yang diajukan dan memberikan tanggapan resmi dalam pertemuan mendatang. Namun, hingga kini belum ada jadwal baru yang ditetapkan untuk perundingan lanjutan.
Negara-negara Eropa mengonfirmasi bahwa diskusi pekan lalu bertujuan untuk menguji kesediaan Iran bernegosiasi dalam konteks baru. Namun, situasi semakin rumit akibat keterlibatan Iran dalam konflik bersenjata melawan Israel, yang hingga kini belum menunjukkan tanda akan mereda.
Menurut dua diplomat Eropa, ketidakpastian juga menyelimuti kemungkinan gencatan senjata oleh Israel dalam waktu dekat. Sementara itu, AS dan sekutunya gagal memberikan tekanan efektif kepada Tel Aviv untuk menghentikan agresi.
Kondisi ini semakin diperkeruh oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang menyatakan bahwa Iran menolak berunding dengan kekuasaan AS di bawah Donald Trump. Ini menjadi hambatan besar bagi pembukaan jalur komunikasi langsung antara Teheran dan Washington.
Presiden Prancis Emmanuel Macron berupaya menjembatani komunikasi, dan dalam pembicaraannya dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, kedua pemimpin menyepakati pentingnya mempercepat proses diplomasi. Macron menegaskan kembali bahwa komunitas internasional tidak dapat menerima Iran sebagai negara pemilik senjata nuklir, meskipun Teheran tetap menyatakan programnya semata-mata untuk tujuan damai.
“Iran menyambut diplomasi, tetapi tidak di bawah bayang-bayang perang,” kata seorang pejabat Eropa, mencerminkan kekhawatiran akan memburuknya krisis regional.
Dengan ketegangan yang terus meningkat dan belum adanya terobosan diplomatik, masa depan perundingan nuklir Iran masih diselimuti ketidakpastian, sementara dunia menanti langkah-langkah nyata dari semua pihak yang terlibat.
Redaksi Sulut1News
0 Komentar