Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Yulius Selvanus, diikuti dengan pelepasan puluhan burung merpati sebagai lambang perdamaian dan kebebasan. Hadir dalam acara ini tokoh-tokoh agama Buddha, perwakilan berbagai agama, serta masyarakat lintas iman, yang bersama-sama merayakan semangat harmoni dan kerukunan.
Dalam sambutannya, Gubernur Yulius Selvanus menyampaikan rasa syukur atas kehadiran berbagai elemen masyarakat dalam perayaan ini. “Saya sangat senang melihat toleransi beragama di Sulut yang begitu luar biasa. Buktinya, di tempat ini, kita melihat kehadiran semua agama untuk merayakan Waisak bersama. Terima kasih atas kebersamaan ini!” ujarnya dengan penuh semangat.
Gubernur juga menegaskan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama sebagai warisan berharga Sulut. “Kerukunan ini harus kita pelihara, jaga, dan rawat bersama. Mari kita terus saling hormat-menghormati, karena inilah kekuatan kita,” tambahnya, disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Proyek pembangunan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan dimulai pada Januari 2021 dan kini telah rampung, menjadi salah satu destinasi spiritual yang menakjubkan di Sulut. Sebanyak 108 patung Buddha, yang masing-masing identik dalam tinggi, bentuk, dan gaya, berdiri megah sebagai representasi nilai-nilai luhur agama Buddha.
Rupang Buddha bukan sekadar karya seni, melainkan simbol spiritual yang sarat makna. Dalam ajaran Buddha, rupang ini digunakan sebagai objek penghormatan, meditasi, dan pengingat akan ajaran Sang Buddha. Setiap posisi dan ekspresi rupang memiliki makna mendalam:
- Ketenangan: Rupang Buddha dalam posisi duduk dengan mata tertutup melambangkan kedamaian batin dan meditasi.
- Kebijaksanaan: Posisi tangan tertentu pada rupang duduk menggambarkan pengetahuan dan pencerahan.
- Kasih Sayang: Rupang berdiri dengan tangan terbuka mencerminkan pengampunan dan cinta kasih universal.
Lebih dari itu, keberadaan 108 Rupang Buddha ini menjadi pengingat akan ajaran inti Buddha, seperti Dhamma (jalan menuju pencerahan), Karma (hukum sebab-akibat), dan Nirwana (kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian). Angka 108 sendiri memiliki makna khusus dalam tradisi Buddha, melambangkan jumlah nafsu duniawi yang harus diatasi untuk mencapai pencerahan.
Keberadaan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga berpotensi menarik wisatawan lokal maupun internasional. Dengan keindahan arsitektur patung-patung yang harmonis, dipadukan dengan lingkungan alam Kolongan yang asri, tempat ini diharapkan menjadi destinasi wisata spiritual yang menginspirasi.
Acara peresmian ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan budaya, seperti tarian tradisional dan pembacaan sutra oleh para biksu, yang semakin memperkaya pengalaman spiritual para hadirin.
Perayaan Waisak di Arama Kebun Kesadaran Kolongan menjadi bukti nyata bahwa Sulawesi Utara terus menjadi teladan dalam menjaga harmoni antarumat beragama. Kehadiran tokoh lintas agama dalam acara ini mencerminkan semangat persatuan yang telah mengakar kuat di bumi Nyiur Melambai.
Dengan selesainya pembangunan 108 Rupang Buddha, Sulut kini memiliki sebuah monumen spiritual yang tidak hanya memperkaya khazanah budaya daerah, tetapi juga menjadi simbol perdamaian dan kebijaksanaan bagi generasi mendatang.
Mari kita dukung dan lestarikan semangat toleransi serta keindahan spiritual yang ditawarkan oleh keberadaan 108 Rupang Buddha ini. Seperti yang dikatakan Gubernur Yulius, “Jaga kerukunan, karena itulah kekuatan kita bersama!”
(EL)
0 Komentar