Sulut1news.com, Jakarta -Washington-Beijing akhirnya mencapai kesepakatan penting untuk memangkas tarif perdagangan sementara, membawa angin segar di tengah ketegangan perang dagang yang telah mengguncang ekonomi dunia. Kesepakatan ini, diumumkan Senin (12/5) di Jenewa, Swiss, meredakan kekhawatiran resesi global dan memicu respons positif di pasar keuangan.
Berdasarkan kesepakatan, AS akan menurunkan tarif impor barang China dari 145% menjadi 30%, sementara China memangkas tarif barang AS dari 125% menjadi 10%. Kebijakan ini berlaku selama 90 hari dan menjadi dialog ekonomi langsung pertama sejak Presiden Donald Trump kembali berkuasa pada Januari 2025.
Pasar saham global langsung menghijau. Dolar AS menguat, bursa Eropa melonjak, dan kontrak berjangka saham AS menunjukkan optimisme. Saham perusahaan pelayaran Maersk meroket 12% setelah sempat anjlok akibat penurunan volume kontainer AS-China. Saham barang mewah seperti LVMH dan Kering juga naik masing-masing 7,4% dan 6,7%.
Perang dagang AS-China telah menghentikan perdagangan senilai US$600 miliar (Rp9.600 triliun, kurs Rp16.000), mengganggu rantai pasok global, memicu PHK, dan menimbulkan kekhawatiran stagflasi. Kebijakan tarif Trump, yang kembali ditingkatkan sejak Januari, sempat memicu pembalasan China berupa pembatasan ekspor unsur tanah jarang, krusial untuk industri elektronik dan senjata AS.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai kemenangan kepentingan nasional kedua negara. “Kami ingin perdagangan yang seimbang, bukan embargo,” ujarnya, didampingi Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Meski tarif sektor tertentu seperti obat-obatan, semikonduktor, dan baja belum diatur, AS tetap akan menjaga pengamanan strategis di sektor-sektor kritis.
Kesepakatan ini melampaui ekspektasi analis. Zhiwei Zhang, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, menyebutnya sebagai kabar positif tidak hanya bagi AS dan China, tetapi juga ekonomi global. “Investor kini lebih tenang soal potensi gangguan rantai pasok jangka pendek,” katanya.
Meski Boeing belum mengomentari dampak kesepakatan terhadap pengiriman pesawat ke China, pasar berharap langkah ini dapat mendorong pemulihan perdagangan. Dengan bayang-bayang resesi yang mulai memudar, dunia kini menanti langkah lanjutan dari dua raksasa ekonomi ini.
Kesepakatan ini menyusul periode ketegangan tinggi, termasuk kebijakan tarif Trump sebelumnya dan warisan tarif dari era Biden. Pertemuan Jenewa menandai titik balik, dengan kedua negara bersepakat menghindari pemisahan ekonomi total (decoupling) demi menjaga stabilitas global.
Redaksi Sulut1News
0 Komentar